RADARcenter, Muara Penimbung — Tradisi menenun songket khas Sumatera Selatan yang sarat nilai budaya kini menghadapi ancaman kelestarian.
Para pengrajin di Dusun 2 Kampung 4 Muara Penimbung, khususnya Ibu Dewi Haritini, mengungkapkan tantangan berat akibat menurunnya minat generasi muda dan merosotnya harga jual songket dalam beberapa tahun terakhir.
Kondisi ini terungkap dalam kegiatan observasi dan wawancara mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Masyarakat, yang dilaksanakan oleh Azzahra Ulil Afiko pada 28 Oktober 2025.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari mata kuliah Analisis Kebutuhan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang bertujuan memahami kebutuhan belajar dan ekonomi masyarakat pengrajin tenun.
Melalui observasi langsung, mahasiswa berupaya memetakan permasalahan dan merumuskan solusi pendidikan yang dapat membantu para pengrajin, khususnya ibu rumah tangga, agar tetap produktif dan mampu mempertahankan warisan budaya tenun songket di tengah pesatnya perkembangan zaman.
Menurut Ibu Dewi Haritini, salah satu pengrajin yang telah lama menekuni profesi ini, penurunan minat terhadap songket sangat terasa sejak masa pandemi Covid-19.
“Sekarang anak-anak muda lebih memilih bekerja di kota. Sejak Covid-19, harga songket juga turun karena masyarakat lebih fokus pada kebutuhan pokok,” ujarnya.
Ia menambahkan, proses pembuatan songket yang rumit dan membutuhkan ketelatenan tinggi sering kali tidak sebanding dengan nilai jualnya.
Selain itu, keterbatasan akses pasar dan kurangnya kemampuan dalam memasarkan produk menjadi kendala utama yang dihadapi para pengrajin.
Dari hasil analisis, mahasiswa menyimpulkan bahwa diperlukan pelatihan keterampilan menenun dan pemasaran digital secara berkelanjutan.
“Banyak pengrajin belum memiliki kemampuan menenun yang maksimal dan belum memahami cara memasarkan produknya secara online. Pelatihan dan pendampingan seperti itu sangat dibutuhkan agar mereka bisa bersaing di era digital,” jelas Azzahra Ulil Afiko.
Melalui kegiatan ini, diharapkan terjalin sinergi antara pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan kerajinan songket Muara Penimbung (Kabupaten Ogan Ilir).
Dukungan dalam bentuk pelatihan, promosi digital, serta penguatan akses pasar diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para pengrajin, sekaligus melestarikan warisan budaya Sumatera Selatan yang kian tergerus oleh arus modernisasi. (*Red/RC)





















