RADARcenter, Ogan Ilir – Seorang mahasiswa Program Studi Pendidikan Masyarakat, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya (Unsri), melakukan analisis kebutuhan belajar terhadap seorang tukang kayu di Kecamatan Tanjung Batu untuk merumuskan program peningkatan keterampilan atau life skill bagi pekerja sektor informal.
Kegiatan yang dilakukan pada 14 November 2025 ini melibatkan Ahmad Rusdi, pengrajin kayu yang telah menjalankan usaha sejak 1998.
Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, ia memproduksi berbagai perabot seperti meja, kursi, kusen, hingga lemari sesuai pesanan masyarakat.
“Saya belajar dari orang tua saya dulu, dan saya bekerja sebagai tukang kayu ini sejak tahun 1998,” ujar Ahmad Rusdi.
Meski memiliki jam terbang tinggi, beberapa kendala masih ditemukan dalam proses produksi. Mayoritas peralatan yang digunakan masih bersifat manual dan sebagian sudah berusia tua sehingga menghambat efisiensi kerja. Gangguan listrik juga menjadi tantangan karena sejumlah alat membutuhkan daya yang stabil.

Dari aspek digital, Ahmad belum menguasai pembuatan desain menggunakan perangkat lunak sehingga perencanaan produk masih dilakukan secara manual. Kondisi ini membuat proses kerja memakan waktu lebih lama dan berpotensi menimbulkan kesalahan ukuran.
Selain itu, pencatatan pesanan dilakukan secara sederhana tanpa sistem administrasi yang rapi. Penggunaan alat pelindung diri (APD) juga belum optimal meski risiko kecelakaan kerja cukup tinggi.

Dari hasil observasi dan wawancara, mahasiswa Unsri, Syalmah Juniarti, menyimpulkan adanya sejumlah kebutuhan mendesak yang perlu diberikan dalam bentuk pelatihan.
“Penggunaan alat modern, kemampuan desain digital, pemahaman keselamatan kerja, dan manajemen usaha sederhana sangat penting untuk ditingkatkan. Saya berharap program life skill nantinya dapat membantu Bapak Ahmad Rusdi dan pelaku usaha pertukangan lainnya meningkatkan kualitas dan efisiensi kerja,” ujarnya.
Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi lembaga Pendidikan Luar Sekolah (PLS) maupun PKBM dalam menyusun program pemberdayaan masyarakat, khususnya bagi para pekerja sektor informal yang membutuhkan dukungan peningkatan keterampilan agar tetap mampu bersaing di era pertukangan modern. (*Red/RC)





















