RAADARcenter, Sekayu – Seandainya aroma bisa ikut dipamerkan di panggung, mungkin sore itu jalan utama Sekayu akan dipenuhi wangi gurih gulai. Bukan gulai biasa, melainkan Gulai Ampai Ikan Betok, kuliner khas Sanga Desa yang sehari-hari hadir di meja makan warga.
Namun di Sekayu Carnaval 2025, Selasa (19/8/2025), gulai itu menjelma jadi kostum panggung yang megah—dan berhasil mengantarkan anak-anak muda Sanga Desa meraih prestasi membanggakan.
Dua siswa SMK N 1 Sanga Desa, Gian Dika dan Suci Elinda, melangkah mantap di atas catwalk.
Dengan kain berwarna hijau bening melambangkan sayur ampai, dipadu aksesori menyerupai ikan betok yang kokoh, busana mereka bukan sekadar hiasan tubuh, tapi sebuah cerita budaya yang hidup.
Penonton terkesima, seolah sedang melihat kuliner yang biasanya tersaji di mangkuk, kini bertransformasi menjadi karya seni berjalan.
Gulai Ampai Ikan Betok sendiri bukan hanya hidangan, melainkan simbol. Sayur bening yang sederhana, lengkap dengan ikan betok—atau betik—menggambarkan masyarakat Sanga Desa yang beretos kerja tinggi, unik dalam selera, dan tangguh menghadapi kesulitan, sebagaimana ikan betok yang bisa bertahan di berbagai kondisi perairan.
Filosofi itu menjadi ruh kostum, sehingga penampilan Gian dan Suci tak hanya indah dipandang, tetapi juga sarat makna.
Tepuk tangan meriah pecah, dan juri pun mengapresiasi. Dari 15 kecamatan se-Kabupaten Musi Banyuasin yang ikut serta, karya Sanga Desa berhasil menembus empat besar dan meraih Juara Harapan I.
Sebuah capaian yang menjadi tinta emas bagi tanah semenanjung Musi Banyuasin itu.
“Prestasi ini bukan hanya soal juara, tapi cara anak-anak kita memperkenalkan Sanga Desa lewat kreativitas. Gulai Ampai Ikan Betok kini naik kelas, dari dapur ke panggung budaya,” ungkap Camat Sanga Desa, Hendrik, SH., M.Si., dengan wajah sumringah.
Dukungan juga datang dari Himpunan Pemuda Sanga Desa (HIPASADA) yang berjejaring hingga ke Palembang.
Ketua Umum HIPASADA, M. Deden, menegaskan bahwa prestasi ini adalah milik semua warga Sanga Desa, baik di kampung maupun di perantauan.
“Anak muda Sanga Desa telah menorehkan tinta emas. Kami bangga dan akan terus mendukung agar kreativitas seperti ini tak pernah padam,” ujarnya.
Kemenangan ini terasa istimewa, karena hadir tepat di momentum HUT RI ke-80. Dari sebuah gulai sederhana, lahirlah busana penuh makna.
Dan dari panggung Sekayu Carnaval, Sanga Desa membuktikan: tradisi, jika disentuh kreativitas anak muda, akan selalu menemukan cara baru untuk hidup abadi. (*Adi)