RADARCenter, Palembang– Ungkapan seorang ibu, yang biasa di panggil Umi Martini (60 th), yang tadinya punya lahan parkir, untuk menopang beban hidup untuk Anak dan Cucunya serta menafkahi 25 anak Asuhnya yatim/piatu, dari hasil parkir yang di kelolanya.
Namun sangat di sedihkanya lahan parkir yang selama ini ia kelola di rampas oleh orang lain sedangkan usaha lahan parkir tersebut peninggalan dari Almarhum suaminya (yanto kunyit).
Lahan parkir tersebut berlokasi di bawah jembatan Ampera pasar 16 ilir kota Palembang, dengan mempunyai surat izin resmi yang di keluarkan oleh dinas Perhubungan kota Palembang sejak dari 30 tahun yang lalu dan terus di perpanjang sampai sekarang.
Mendengar keluhan ini seharusnya seorang ibu dihormati oleh kita sebagai manusia, Karna dari rahim seorang ibu ditentukan manusia lahir kedunia. Namun dari kejadian ini azas yang berlaku tertuang didalam Undang – undang RI 1945 Serta pada sila ke 5 telah dipatenkan didalam teks Pancasila berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun, melihat kejadian ini seakan tidak berlaku kepada ibu Umi Martini, seorang perempuan juru parkir warga Jalan Pangeran Ratu 5 Ulu, Seberang Ulu 1 kota Palembang yang merasa di perlakukan tidak adil.
Umi Martini menuturkan kepada Media ini, ia adalah seorang juru Parkir yang menggantungkan nasib untuk memenuhi kebutuhan hidup, lokasi parkirnya tersebut berada di bawah jembatan Ampera pasar 16 Ilir, yang selalu tertib membayar retribusi berdasarkan SPT kepada Dinas perhubungan kota Palembang.
Namun fakta dilapangan sekarang sudah dua bulan lebih terhitung dari (03/01/ 2025) lahan parkir tempatnya mencari nafkah untuk menghidupi anak dan cucunya Serta anak asuh Yatim/Piatu yang di nafkahinya kini di “RAMPAS ” Oleh orang lain yang disebutnya atas nama Diki, Budi, Ujang hitam beserta rombongan para Preman-preman lainya yang tanpa mengantongi surata izin.
“Saya hayanlah seorang perempuan tua yang sudah tidak berdaya pak, tidak berani untuk melawan mereka, apalah daya saya untuk menghadang mereka,” katanya.
“Kepada siapa saya mau mintak pertolongan, sedangkan mereka anarkis untuk merebut lahan parkir itu, bahkan selalu terancam jiwa kami pak, sudah beberapa kali saya mengajukan mediasi dengan kelompok mereka, namun malah mereka bersikeras dan kami hanya mendapat ancaman,” ucapnya.
Dia mengeluhkan, Apakah tidak ada keadilan di dunia ini kepada dia seorang ibu ibu yang selama ini menggantungkan nasib dari penghasilan parkir itu, sedangkan mereka mengaku punya duit juga punya dekeng yang kuat.
“ Tolong bapak Gubernur, bapak Kapolda Sumatera Selatan, bapak walikota Palembang, terlebih yang terhormat bapak Presiden RI Bapak Prabowo Subianto, saya minta tolong bantu saya pak, seorang perempuan yang lemah dan tertindas,” keluhnya.
“saya sangat di zolimi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, atas di rampasnya lahan parkir tempat bergantungnya nasib hidup kami, banyak yang saya hidupi dari mengelolah lahan parkir itu, anak dan cucu saya juga anak yatim/piatu yang saya hidupi pak”. Jelas Umi Martini.
kepada awak media ini, ia meminta agar supaya bisa didengar oleh Pemangku kebijakan di Negara ini,
“saya memohon dapat keadilan atas kezoliman dan penindasan dari orang-orang yang merampas hak saya,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa perkara ini sudah dilaporkan kepada kepolisian Polda Sumsel, karna Sudah terjadi keributan, hingga salah satu anak buah juru parkirnya ada yang jadi korban. Namun anehnya sampai dengan sekarang laporannya tersebut tidak digubris, ada apa gerangan.
”jika memang laporan saya tidak ditindak lanjuti, maka saya akan langsung mengadu kepada Kompolnas dan Propam Mabes Polri,” terang Umi Martini dengan nada sedih serta mata berbinar menahan tangis mengadu.
Dengan meminta berita ini diterbitkan
“Tidakah ada istilah Premanisme dizaman Presiden Prabowo Subianto sekarang ini, segerakan bersurat kepada Presiden tembuskan ke Mabes Polri agar segera ditindak tegas. (Tim Media PWDPI Sumsel)”